Pagi
buta tadi aku mendapat sms dari seorang kawan yang mengabarkan kalau masnya
telah menghadap Sang Khalik. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Awalnya ku
kira orang tuanya. Aku agak terhenyak karena yang meninggal masnya. Masnya yang
belum genap 10 hari baru saja menggenapkan separuh diennya. Rasanya janur
kuning juga belum kering dan kawanku ini juga belum pulih benar lelahnya akan
perjalanan panjang yang baru dia lewati belum ada seminggu, setelah ikut
membantu pernikahan masnya itu.
Sang
kawan memang sedang ditugaskan ke daerah yang bisa dibilang 'pelosok' di
deretan bukit barisan sana. Saat mencapai daerah itu dari rumahnya memakan
waktu 2 hari plus istirahat. Itu sudah melewati 2 kali rute penerbangan dan
sekitar 4 jam via bis plus 7 jam jalan darat yang medannnya aduhai.
Memang, tidak akan keburu ikut dalam upacara pemakaman, tapi itu jauh
lebih baik untuk ketenangan masmu kawan.
Kali
ini, belum ada seminggu dia menjejakkan kaki di tempat barunya, dia harus
menempuh perjalanan itu kembali. Syukurlah perjalanan kali ini tak selama
sebelumnya. Hanya sekitar sehari semalam diperkirakan sudah sampai rumah.
Mengapa? Karena bisa dikatakan estafet, tak ada jeda untuk istirahat;
'mengejar' waktu. Jalan darat sepertinya dialihkan ke bandara terdekat walau
beda provinsi. Kemudian 2 kali rute penerbangan dan dilanjutkan kembali dengan
jalan darat untuk sampai ke rumah. Pagi berangkat, tengah malam diperkirakan
akan sampai.
________________________________________
Akupun
teringat akan diriku sendiri, yang juga sedang jauh dari rumah. Terlintas
keluarga intiku terutama orang tuaku. Bagaimana mereka sekarang? Dahulu kala
saat aku sedang jauh dari rumah pun aku pernah berpikir, bagaimana kalau
tiba-tiba ada sesuatu hal di rumah? Cukupkah waktuku untuk sampai tepat waktu
di rumah? Saat mbah putriku meninggal dahulu juga aku tak sempat ikut upacara
pemakamannya. Lebih cepat dimakamkan memang lebih baik. Aku paham itu, karena
itu aku ikhlas.
Lagi-lagi
aku teringat LDR ku. Ya, konsekuensi LDR. Inilah salah satunya.
Aku
tak ingin terlambat. Karena maut bisa datang kapan saja tanpa kita duga. Aku
hanya ingin mereka tahu bahwa aku sungguh menyayangi mereka. Segera menyapa
mereka tanpa alasan sekedar bertanya "apa kabar hari ini Yah, Buk, Mas,
Nik?"
Ya
Rabb, berikan kesempatan padaku dahulu untuk membuat mereka tersenyum karenaku
dan menjadi yang terbaik di mata-Mu. Aamiin.
1711-2711
aoi
0 komentar:
Posting Komentar