Minggu, 27 November 2011

Sempatkan Aku


Pagi buta tadi aku mendapat sms dari seorang kawan yang mengabarkan kalau masnya telah menghadap Sang Khalik. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Awalnya ku kira orang tuanya. Aku agak terhenyak karena yang meninggal masnya. Masnya yang belum genap 10 hari baru saja menggenapkan separuh diennya. Rasanya janur kuning juga belum kering dan kawanku ini juga belum pulih benar lelahnya akan perjalanan panjang yang baru dia lewati belum ada seminggu, setelah ikut membantu pernikahan masnya itu.

Sang kawan memang sedang ditugaskan ke daerah yang bisa dibilang 'pelosok' di deretan bukit barisan sana. Saat mencapai daerah itu dari rumahnya memakan waktu 2 hari plus istirahat. Itu sudah melewati 2 kali rute penerbangan dan sekitar 4 jam via bis plus 7 jam jalan darat yang medannnya aduhai. Memang, tidak akan keburu ikut dalam upacara pemakaman, tapi itu jauh lebih baik untuk ketenangan masmu kawan. 

Kali ini, belum ada seminggu dia menjejakkan kaki di tempat barunya, dia harus menempuh perjalanan itu kembali. Syukurlah perjalanan kali ini tak selama sebelumnya. Hanya sekitar sehari semalam diperkirakan sudah sampai rumah. Mengapa? Karena bisa dikatakan estafet, tak ada jeda untuk istirahat; 'mengejar' waktu. Jalan darat sepertinya dialihkan ke bandara terdekat walau beda provinsi. Kemudian 2 kali rute penerbangan dan dilanjutkan kembali dengan jalan darat untuk sampai ke rumah. Pagi berangkat, tengah malam diperkirakan akan sampai.


________________________________________


Akupun teringat akan diriku sendiri, yang juga sedang jauh dari rumah. Terlintas keluarga intiku terutama orang tuaku. Bagaimana mereka sekarang? Dahulu kala saat aku sedang jauh dari rumah pun aku pernah berpikir, bagaimana kalau tiba-tiba ada sesuatu hal di rumah? Cukupkah waktuku untuk sampai tepat waktu di rumah? Saat mbah putriku meninggal dahulu juga aku tak sempat ikut upacara pemakamannya. Lebih cepat dimakamkan memang lebih baik. Aku paham itu, karena itu aku ikhlas.

Lagi-lagi aku teringat LDR ku. Ya, konsekuensi LDR. Inilah salah satunya.

Aku tak ingin terlambat. Karena maut bisa datang kapan saja tanpa kita duga. Aku hanya ingin mereka tahu bahwa aku sungguh menyayangi mereka. Segera menyapa mereka tanpa alasan sekedar bertanya "apa kabar hari ini Yah, Buk, Mas, Nik?"

Ya Rabb, berikan kesempatan padaku dahulu untuk membuat mereka tersenyum karenaku dan menjadi yang terbaik di mata-Mu. Aamiin.


1711-2711

aoi

0 komentar:

Posting Komentar