Jumat, 12 Agustus 2011

Tur Tangkuban Perahu Ala "Backpacker"

Kunjungan ke Tangkuban Perahu kali ini sebenarnya dalam rangka mengantar turis-turis teman-temanku. Baik turis lokal maupun turis mancanegara. Alkisah neng Uwi, seminggu sebelumnya bilang akan ke Bandung dengan membawa teman-temanya, dan kami-kami yang di Bandung diminta jadi guide. Alamak, apa tak salah? Aku? Wisata apa dulu nih pengennya.... Ada yang mau wisata belanja, kuliner hingga wisata alam. Akhirnya setelah hari pertama diantar oleh neng Mita buat keliling Bandung (yang kebetulan aku tak bisa ikut), sekarang giliranku (neng Mita ga bisa ikut), hari kedua untuk mengantar mereka (tepatnya menemani), karena aku sendiri juga belum pernah. Hehehe.…

Akhirnya setelah sempat bingung-bingung akan ke mana hari ke dua, diputuskanlah ke Tangkuban Perahu. Awalnya hanya mau ke Lembang, sekalian berkunjung ke Café milik seorang kawan juga--Gia. Tapi, kenapa nggak sekalian saja ke atas lagi? Setelah neng Uwi membujuk mangsa satu lagi, yaitu Dali, akhirnya berangkatlah kami pagi hari esoknya, tepatnya pukul 08.30 waktu daerah kami sendiri. Hihihi….

Berhubung dari awal mau wisata ala backpacker, jadi kami pun sudah persiapan untuk membawa bekal (walau akhirnya dimakan di kostan untuk makan malam). Saat masih di dalam angkot menuju Lembang, neng Uwi menghubungi Gia yang ada di Lembang, niatnya cuma tanya angkot yang ke Tangkuban Perahu, tapi akhirnya malah berlanjut ke hal yang menguntungkan kami berlima. Apakah itu? Kami diajak untuk ke Tangkuban Perahu bareng saat itu juga dengan temannya Gia, Ivon namanya. Seorang turis UK ternyata. Ya sudah, kami pun dengan senang hati dijemput dengan mobil begitu sampai Lembang. Ah, Gia, kami kan jadi enak… Hehehe… Thanks a lot ya…^^

Mau tahu cerita detailnya? Simak saja cerita sebelumnya, yang ditulis oleh Dali. ^o^


Nah, ini dia oleh-oleh fotonya….!


Para pelaku tur backpacker sedang mengabadikan momen
(Gia, Ivon, Dali, me, Lala, Uwi).
Eh, Van, Ivan, kamu di mana?
Aku kan jadi tukang potretnya… Oh iya, ya… Yang bagus ya…!





Salah satu kawah di Tangkuban Perahu


pohon unik dengan krowok di tengah batangnya
Wi, jangan terperangkap di dalam...






Apa kalian baik-baik saja? Ku beri tanda "We are OK!" Gini nih cara Dali menyemangati Lala yang hampir menyerah saat jalan ke kawah domas, La! Foto dulu! Hehehe…  Entah berapa kilo panjang jalan berkelok dan curam itu, yang pasti kami memerlukan waktu sekitar tiga jam pulang pergi untuk menyusurinya dengan berjalan kaki.





Anda memasuki kawah domas...
Jalan menuju kawah domas





Kawah Domas, ramai ya!
                                                   bekas aliran lahar














Rebus telur dulu yuuukk.....!




Saat naik mendaki jalan yang kami turuni tadi, aku sempatkan mengabadikan kios ini. Pajangan-pajangan dari batunya mengingatkanku pada kota marmer yang penuh kenangan. Hmm….





Saat kembali ke atas, hmmm… mendung dan kabut mulai turun. Dan beberapa menit kemudian hujan pun turun. Lari……! Cepat masuk ke mobil….!^^


Hal yang perlu dicatat dan diperhatikan adalah tentang guide. Kalau guide pada saat tur ke museum KAA gratis dengan servis sangat-sangat memuaskan, beda dengan guide di Kawah Domas ini. Kami tak meminta guide, tapi guidenya datang sendiri. Awalnya seorang kawan bilang, mungkin 20 ribu cukup. Tapi saat kami melihat rute ke kawah domasnya, kami putuskan 50 ribu deh kayaknya. Eh, saat Gia salaman (yang nota bene salam tempel), ternyata si bapak bilang kurang. Mintanya 100 ribu. Oh, God! Akhirnya keluarlah uang 50 ribu lagi dari kantong Gia.

By the way anyway busway (lebay), baru kali ini aku mendapati guide pasang tarif. Biasanya kan terserah yang mau kasih aja. Kecuali ada perjanjian di awal…. Duh, Pak, kami ini turis minimalis… Harga seorang guide dengan harga tiket masuk kami bertujuh yang sudah termasuk parkir mobil cuma beda tipis. Fiuh….


Baiklah, segini dulu. Moga mencerahkan^^


*13 Juli 2011

aoi

0 komentar:

Posting Komentar