Jumat, 12 Agustus 2011

Tur Museum di Bandung (part 1)

Sebelum memasuki bulan Ramadan, tepatnya tanggal 28 Juli 2011, kami berempat menyempatkan diri tuk membuat nyata tur museum yang telah sekitar setahun ini diidam-idamkan. Akhirnya setelah mencari info terlebih dahulu (lewat mbah google tentunya), maka diputuskan kali ini akan meluncur keempat museum saja. Yaitu, museum KAA, museum Sri Baduga, museum Geologi, dan museum Pos Indonesia.Tapi sangat disayangkan, museum geologi tidak jadi kami kunjungi karena sudah mau tutup. Akhirnya langsung meluncur ke museum Pos Indonesia saja. Semoga museum geologi nanti bisa digabung dengan gedung sate untuk kesempatan tur berikutnya.^^ Ini adalah wisata murah bahkan gratis, hanya perlu bawa badan dan bensin (bensin untuk manusia juga tentunya, hehe…).

Di sini, aku tak akan banyak  cerita, karena sudah diwakilkan oleh saudari Mita. Jadi, aku hanya akan menambahkan foto-foto yang belum diposting oleh jeng Mita tadi.^^

Ini dia…….!


Jl. Asia-Afrika 65 Bandung
Buka untuk umum hari Senin-Jumat
Pukul 08.00-15.00 WIB
Gratis



Sambutan selamat datang saat akan memasuki museum KAA. Tulisan "Konperensi" di papan itu entah sengaja mengikuti ejaan lama pada saat KAA berlangsung atau tak sengaja salah tulis. Maklum di Bandung ini kadang ditemukan salah penulisan kata-kata yang mengandung huruf "P", "F", ataupun, "V". Satu sama lain saling tertukar.






Mesin ketik merk Siemens yang turut memperlancar jalannya KAA. Katanya sih ada hubungannya dengan perusahaan HP merk Siemens yang ada saat ini. Bermula dari mesin ketik hingga sekarang memproduksi HP.






Jl. BKR 185 Bandung
Buka untuk umum
hari Senin-Jumat, Pukul 08.00-15.00 WIB
hari Sabtu-Minggu, Pukul 08.00-14.00 WIB
Tiket masuk Rp 2500,00/orang



Jl. Cilaki 73 Bandung 40115
Buka untuk umum hari Senin-Jumat
Pukul 09.00-16.00 WIB
Gratis







Kotak surat buntu. Maksudnya kotak yang berisi surat-surat dengan alamat tak dikenal. Sudah dicari-cari tapi tetap buntu. Hehehe….








Mesin otomatis penjual benda pos ini cukup besar jika dilihat dari 'body'nya. Tapi diriku belum pernah menjumpainya langsung ketika berkunjung ke kantor-kantor pos terdekat. Apa hanya ada di kantor pos besar pusat???











Pintu ini cukup besar, tebal, dan berat. Saking beratnya sampai perlu ditidurkan. Konon pintu besi ini digunakan untuk menyimpan surat-surat yang akan diantar. Sekarang sih sudah nggak pakai pintu ini lagi. Hmm… begitu penting dan mahalnya harga sebuah surat, penyimpanannya pun perlu perlakuan khusus.



Ini adalah prangko yang pertama terbit di Indonesia. Terbacakah tulisan 10 cent sebagai harganya? Tulisan di bawah prangko tersebut adalah "Prangko pertama yang digunakan di Indonesia diterbitkan pemerintah Hindia Belanda yang pada waktu itu menguasai seluruh Nusantara pada tanggal 1 April 1864. Prangko tersebut berwarna merah anggurbergambar raja Willem III dengan harganominal 10 cent. Kini, prangko sebagai biaya pelunasan kiriman surat tetap digunakan hingga sekarang."






Berbagai jenis sepeda yang pernah menemani pak pos mengantarkan surat ke rumah kita. Kita? Kamu aja kali…. Soalnya pak pos pada zamanku hidup dan tumbuh hingga sekarang, sudah pakai sepeda motor dan mobil. Hehehe….







Aku memotretmu dan kamu memotretku. ^_^





Mejeng dulu yuk….! Jadi foto model modal madul. Khekhekhe….


Gimana? Tertarik mengikuti jejak kami? Wisata hemat dan edukatif. Okeh, sampai jumpa di tur museum berikutnya. Semoga terlaksana tahun ini juga.^^

*28 Juli 2011


aoi

0 komentar:

Posting Komentar