Jumat, 12 Agustus 2011

Rindu Sawah



Malam ini, aku rindu sawah! [again?!] Iyah. Sekitar lima bulan lalu aku juga sempat rindu sawah. Membayangkan saat SMA dulu, blusuk'an di pelosok kota marmer bareng sepupuku, kalau nggak ngontel  ya motoran. Itu dulu yang sering kami lakukan kalo pengen refreshing atopun jalan-jalan melihat suasana kota marmer di sudut yang lain. Biasanya kami lakukan sore hari. Melewati jalan kecil yang sepi dengan kanan-kirinya sawah yang hijau ataupun menguning. Tampak di kejauhan gunung-gunung berjajar. Luas sekali rasanya hamparan sawah itu! Kapan ya aku bisa menikmati itu lagi?

Masih jelas di ingatanku saat berangkat nyubuh karena ada acara MOS sebagai siswa baru diantar sang Bulek. Jelaslah pagi itu masih kabut tebal. Lewat jalan raya yang lurus, yang kanan-kirinya hanya ada sawah. Brrr…. Duingin…. Yang ada, pelan-pelan saja laju motornya biar nggak tambah menggigil. Walaupun sudah pakai helm standar yang ada kaca plastiknya, tetap aja udara dingin menerpa hidung dan pipiku.

Tiap pagi-pagi berikutnya, jalan raya ini pun tetap menjadi jalan favoritku untuk menuju ke sekolah karena jalannya lurus, dan ada pemandangan sawahnya. Karena tak berkelok, jadi bisa agak mbalap mengejar bel masuk berbunyi. Soalnya sering banget berangkatnya mepet. Suka aja. Lho??? Sampai di sekolah paling tinggal 2 menit lagi, bel berbunyi. Hehehe…

Ah, sawah. Mengingatkan tempat KKN-ku dulu di Melikan. Sebuah desa yang ternyata lebih ndeso dari desanya mbahku di Gringging. Bagaimana tidak? Jalan masih tanah berdebu, rumah masin banyak yang pakai gedhek beralaskan tanah, dan yang buat kami semua paling syok adalah kamar mandinya! Iya, kamar mandi! Kamar mandi kebanyakan berada jauh di luar rumah dan tanpa pintu dan atap. Ups! Walaupun tak sepenuhnya terbuka, tetep aja *horor* buat kami-kami yang tak terbiasa ini. Syukurlah mendapat tempat penampungan yang agak modern, dengan kamar mandi di dalam dan tertutup. Ini khusus buat cewek… nah para cowok? Tetap kebagian kamar mandi luar. Walaupun ada atap dan pintu, tetapi  temboknya setengah runtuh nggak ada karena gempa. Dan para cowok ini pun tak pasrah---ditutup dengan terpal! Hehehe.. . Sawahnya? Ada di sepanjang jalan penghubung menuju ke dukuh lain. Kalau padi sudah dipanen, sawah tadi bisa berubah jadi lapangan sepak bola dadakan. Sawah yang multifungsi memang^^

Sawah oh sawah. Dulu, saat ku masih tinggal di 'kawasan pendidikan', aku masih cukup sering menjumpai sawah. Walau di daerah belakang rumah-rumah penduduk. Dan aku masih bisa melihat Gunung Geulis dari tempat jemuran kostanku. Indah!

Sekarang? Agak susah mencari sawah-sawah itu dengan segera! Sawah-sawah itu, di kota marmer maupun di  kawasan pendidikan, satu persatu sudah mulai menjelma sebagai bangunan. Entah yang di Melikan, berharap masih banyak.


____________________________________________________



Sawah, sang karpet hijau alami, aku merindumu!

*120811


aoi

0 komentar:

Posting Komentar