Senin, 04 Juli 2011

Kostan Margasatwa


Bukan maksud hati menakut-nakuti. Tapi hanya memaparkan kenyataan. Kostan ini memng sebuah kostan lama. Perkiraanku sejak tahun 80-an akhir sudah ada. Terlihat dari perabotan yang tersedia dan foto-foto penghuni lama.  Setengah tak terawat, dalam arti untuk kebersihan sehari-hari masih terjaga, tapi untuk perbaikan bangunannya… jangan ditanya. Kalau ada kerusakan sedikit, tidak akan segera diperbaiki jika itu belum sangat parah dan membahayakan. Oh, God! Sabar….

Entah karena pengaruh itu atau yang lain, kami pun sebagai penghuni 'akrab' berbagi tempat dengan makhluk hidup lain. Catat! Makhluk hidup lain, bukan makhluk lain. Baiklah akan ku perkenalkan mereka satu per satu. Dari mulai yang lumrah ada di rumah hingga tak lumrah. Mereka itu adalah kucing, tikus, cicak, kecoa, sedikit nyamuk, sangat sedikit lalat, berbagai jenis dan ukuran laba-laba, semut merah, semut hitam, ulat bulu, tawon, cacing tanah, cacing pita, katak, ular, dan kerabatnya moyet (aku tak tahu namanya).

Suatu saat ditemukan ular, katak,dan kerabatnya moyet itu di tiga lantai terbawah. Anak-anak atas pun berkomentar, "Aduh, kakak-kakak, kalian di bawah pelihara apa aja sih.", fiuh…. Heuheu…  Akhirnya ku putuskan sedia garam di kamar pasca penemuan ular di samping pintu kamarku.

Horor? Mungkin terkesan begitu, tapi kami sudah agak 'akrab' dengan mereka. Terutama tikus! Ya! Kami memang sempat berburu tikus untuk beberapa bulan. Dugaan kami, sarangnya di balik tumpukan barang penghuni lama yang tak diambil-ambil (syukurlah sekarang sudah diambil sama si empunya setelah berkali-kali kami komplain). Konon tikus itu hewan yang cerdas. Sepertinya aku setuju dengan hal ini. Mereka hanya (lebih sering) berkeliaran di satu lantai, yaitu lantai tengah yang ada dapurnya. Sarang mereka juga ada di situ, dan memang dekat dengan akses keluar masuk mereka. Lubang tempat cuci yang tak diberi sarangan, yang terhubung dengan selokan di luar sana.

Saat 'panen' tikus di kala itu, kami sudah setengah capek dan apatis. Berburu beberapa bulan ini dengan beberapa jebakan, belum juga mengurangi jumlahnya dengan signifikan. Tikus-tikus ini pintar. Jika kita memasang jebakan dengan bentuk, pola dan tempat yang sama dan tetap, dia akan bisa menandai. Dan memang begitulah yang ku baca tentang hasil penelitian ihwal kecerdasan tikus. Tikus-tikus ini dapat memetakan tempat katanya. Setelah tahu itu, akhirnya jebakan dibuat berbeda dan tempat tak tetap. Biar dia bingung. Barulah hasilnya ada sedikit kemajuan. Saking banyaknya, saat itu ketika kami menonton TV, terkadang terlihat satu dua tikus berkeliaran nyebarang dari satu tempat ke tempat lain di bawah kaki kami. Layaknya binatang peliharaan dengan majikannya saja. Bedanya, ini tikus bukan kucing yang tentunya lebih lucu. Dan parahnya, kucing-kucing di kostan ini tak doyan tikus, jadi mereka tak bisa diharapkan untuk jadi pemangsa.

Bukan itu saja tingkah tikus-tikus ini. Setiap ada makanan di atas meja makan yang tak tersimpan dengan baik, pasti dia akan mengacak-acak. Pengalaman pahitku dengan tikus-tikus ini adalah saat aku baru saja selesai masak, cumi cabai hijau judulnya. Cumi makanan yang istimewa tentunya buat kami anak kostan. Setelah ku letakkan di atas meja makan, ku tinggal ke dapur untuk membereskan peralatan masak. Saat kembali, oh, tidak….! Cumiku… Sudah tertinggal bekas cecerannya. Aku lemas. Aku mencicipinya aja belum, tega…! Sirnalah sudah anganku tuk melahapnya dengan nasi hangat. Itu kejadian menyedihkan jika makanan dibiarkan terbuka. Kalau tertutup? Tikus-tikus ini juga cukup pintar. Beberapa tupperware, nesting, tepak makan, dan sejenisnya sudah jadi korban. Mereka akan menggrogoti tutup-tutup lunak wadah-wadah itu. Mungkin tupperware punya jaminan untuk anti bocor dan retak tapi tidak untuk anti tikus. Jadi amannya, saat setelah selesai masak, jangan taruh di meja makan jika tak ada orang yang mau dimintai tolong buat menunggunya, bawa ke kamar, dan jika sudah dingin, simpan di kulkas saja. Itu lebih aman. Bagaimana dengan loker tempat menyimpan makanan kami? Amannya  tetap simpan bahan makanan itu di dalam wadah tertutup sejenis toples jika tak mau mendapati paginya loker kita diacak-acak atau ada beberapa yang hilang. Alhamdulillah sudah tak ada tikus sekarang, tapi tutup wadah-wadah kami meninggalkan bekasnya.

Cacing? Biasanya sering hadir di kamar mandi lantai tengah itu. Dan ada temanku yang bahagia sekali jika bisa menemukannya dan melihatnya menggeliat-geliat karena garam yang dibubuhkannya sendiri. Puas sekali temanku ini jika sudah begitu. Hih…

Ular? Satu waktu dia muncul di tempat-tempat tertentu. Yang masih segar di ingatanku ketika aku sendiri menemukannya di lantaiku. Tepatnya di samping pintu kamarku. Memang tak begitu gemuk, sekitar kelingking orang dewasa. Saat melihatnya, aku masih berpikir, itu cacing apa ular ya??? Tapi cacing tak akan sepanjang itu. Oh, God! Pintu kamar langsung ku tutup, dan aku tak boleh panik, karena kalau panik dianya malah kabur. Langsung lari ke atas panggil bantuan. Oleh Teh Ida langsung dilempari garam. Baru kali itu aku melihat ular menggeliat-geliat karena garam. Sekitar 2-3 menit kemudian dia diam dan badannya menyusut jadi lebih kecil. Langsung saja aku menaburkan garam di sepanjang pintu kamarku. Hiiii…..! Sebenarnya Teh Ida sendiri beberapa kali menemukan ular-ular ini di beberapa tempat. Tapi sengaja nggak cerita ke kami biar tidak terjadi kehebohan.

 Kecoa? Biasa juga ada di rumah memang. Tapi ada yang cukup mengagetkanku saat itu. Suatu malam, di tengah malam yang larut, aku masih terjaga dengan sibuk mengetikkan kata-kata di netbookku. Kebetulan, ada temanku yang menginap, dan dia sudah tertidur duluan. Sedang asyik melototin layar netbookku, tiba-tiba terasa ada yang menyentuh sikuku. Saat ku lirik, ternyata ada seekor kecoa yang sedang berusaha merambat. Spontan aku teriak karena kaget. Mana pakai acara terbang lagi kecoa ini. Apa ya untuk menindasnya? Buku? Jangan sayang, nanti bau. Akhirnya terlihat ada kotak tempat DVD, dan dengan itulah aku memukulnya. Dan baru mau ku buka setelah beberapa hari kemudian menunggu bangkainya kering. Temanku ini sempat terbangun, dan tanya, "Njar, mimpi?", "Nggak", jawabku. Dan dia pun tertidur kembali sedangkan aku kembali mengetik. Fiuh…

Kalau kerabatnya monyet? Aku sungguh tak tahu nama hewan ini, mudahnya sebut saja dia moyet atau kera. Suatu saat kami menemukannya di atap lantai atas. Hah? Kok bisa tiba-tiba muncul? Dari mana nih? Ukurannya agak besar. Cukup membuat guncangan dan suara gaduh untuk ukuran lantai kayu. Tapi dia tidak mengganggu. Hanya berkeliaran di atap itu. Bebrapa malam sebelumnya aku heran dengan suara gaduh di atas plafon kamarku. Kucing berantem? Nggak akan sebesar ini. Tikus? Kegedean. Orang? Kekecilan. Apa sih, ribut banget. Ternyata para monyet-monyet ini. Ckckck….

Itulah beberapa cerita tentang margasatwa yang turut menghuni kostan kami. Oke, kita berbagi tempat, hidup berdampingan, dan jangan mengganggu. Pis ah!^^

*040711

aoi


0 komentar:

Posting Komentar