Senin, 04 Juli 2011

Kodok! Aku kesel karo kancamu sing jenenge Katak!


Sebenarnya ini kisah sudah agak lama. Walau begitu aku tetap ingin menuliskannya.

Aku sebenarnya juga bingung, entah musim apa sekarang ini. Dibilang musim hujan, tidak begitu sering hujan, kemarau? Belum terlalu hangat. Sebut saja ini musim transisi. Masa pancaraoba. Memang, tempat menetapku sementara saat ini yang umum orang-orang menyebutnya kost-kostan, terkenal di antara sesama penghuni itu sendiri, banyak jenis hewan yang tak lazim ada di sebuah rumah. Dan kali ini, kami kedatangan tamu yang bernama pangeran Katak! Mending pangeran, yang seperti dongeng-dongeng ceritakan, bisa buat cuci mata. Sengaja dicoret untuk menegaskan, bahwa dia dan teman-temannya bukanlah pangeran, melainkan katak beneran, bukan jadi-jadian. Katak ya bukan kodok. Karena tubuhnya pipih, gepeng, kakinya panjang, lompatnya tinggi, lincah dan bisa hinggap alias menempel di dinding.

Pertemuan pertama dengan katak 1 di lantai kamar mandi bawah (yang notabene kamar mandiku, karena cuma ada seorang di lantai ini). Warna coklat tua, agak kecil, seukuran jempol orang dewasa. What??? Seketika itu juga pintu kamar mandi langsung ku tutup kembali, tak jadi masuk. Maksud hati mengurungnya di dalam agar tak berkeliaran. Terus terang aku tak mau mengambilnya, ataupun membunuhnya. Hiiiih… Esoknya ku laporkanlah pada 'pahlawanku'--Teh Ida. Berburulah kami sang katak 1 itu. Dicari-cari sekian lama tak ada hasil. Sudah hampir menyerah, eh kelihatan dianya sedang nongkrong di pipa talang air di atas bak air. Ketemu, buang ke sungai belakang kamarku.

Beberapa hari kemudian, ketemu lagi katak 2. Kali ini di depan pintu kamar mandi lantai atas kamarku. Tepatnya kamar mandi temanku. Ukurannya lebih kecil dari katak 1 dan warnanya lebih muda. Langsung saja sebelum dianya masuk ke kamar mandi, dikurunglah dengan tong sampah kosong. Panggil Teh Ida lagi, dan dibuang ke sungai. Apa komentar  Teh Ida? "Ini kayaknya istrinya yang di kamar mandi bawah, Neng… lebih kecil soalnya, biasanya kalau gini kan pasangan". Apa???

Sekitar dua minggu kemudian, Ketemu katak 3, kali ini di lantai kamar mandiku lagi! Ukurannya lebih kecil dari katak 2, tapi tak kalah lincah. Oh, God! "Teh Ida…..!", teriakku. Dicari-cari, bawah, atas, samping, tak menemukan sosoknya. Ternyata eh ternyata dia sednag asik-asiknya 'berenang' di dalam air bak mandiku! Dia pikir kolam renang apa, Hah!!! Ambil, buang ke sungai.

Belum ada seminggu dari kejadian terakhir. Aku bertemu lagi dengan katak 4. Kali ini di depang pintu kamar sebrangku. Sebelum dia kabur, ku ambil tong sampah kosong di dekatku, ku kurung dia, tak lupa menambahkan kotak kardus di atas tong sampah itu sebagai pemberat. Warna dan ukurannya hampir sama dengan katak 3. Langsung ke atas dan lapor Teh Ida. "Apa Njar? Lagi?", tanya temanku heran saat mengetahui beritanya. "Pangeran kodoknya Anjar kali nih, betah banget di kamar mandimu.", tambahnya lagi. "Enak aja! Mending pangeran!", jawabku. "Teh Ida, cepetan nanti dia kabur….", pintaku.  Teh Ida  pun ke bawah sambil ketawa. "Aduh, Teh, aku udah capek… Awas aja kalau ada lagi!" Akhirnya tanpa kesulitan berarti katak 4 dan semoga yang terakhir ini pun dibuang ke sungai.

Aku heran plus kesal sama katak-katak ini. Entah masuk dari mana mereka dan datang berturut-turut begitu. Apakah mereka satu keluarga? Keluarga kecil bahagaia layaknya program pemerintah dua anak cukup. Aduh, plis deh, nggak usah pamer di kostan ini. Lagian, habitat kalian bukan di kamar mandi!Jangan ganggu kenyamananku lagi wahai katak-katak!

Dan aku ingin bilang, "Kodok! Aku kesel karo kancamu sing jenenge Katak!"

*010711

aoi

0 komentar:

Posting Komentar