Selasa, 04 Juni 2013

Secuil dari 'Rantau 1 Muara'

Setengah hari kamarin, seorang sobat numpang baca novel di kamar. Ia ingin menamatkan hari itu juga. Selepas magrib, aku ikut nimbrung sekilas. Baca bareng dari kejauhan. Hahaha…. Memang menarik nih bacaan. Tapi aku ingin membacanya nanti, saat waktuku benar-benar rileks. Karena kalau membaca novel, aku lebih ingin menikmatinya.

Dan sejak SMA, aku udah jarang baca novel sebenarnya. Kalau tidak ada rekomendasi dari orang lain, biasanya teman, yang bilang wajib baca, nggak akan ku baca. Males. Panjang. Hahaha…. Kalau nggak benar-benar bagus, serasa buang-buang waktu. Mungkin juga karena sudah lebih suka bacaan nonfiksi, jadi bacaan fiksi ketertarikannya sudah berkurang. Hehehe…

Oke, kembali ke jalurnya. Intinya semalam aku sempat ketawa-tawa sendiri. Cukup menghibur. Selain ada juga yang menambah motivasi dan membuatku 'merenung'. Sesaat. Dan kali ini, aku hanya ingin mengambil kutipan-kutipan yang menurutku menarik dan bisa menjadi pembelajaran kita semua. Maklum, aku baru baca sepotong-potong dan sekilas, jadi belum bisa berkomentar tentang resensinya. Baiklah, kita mulai!




Wahai para perempuan, kenapa harus seperti buku tertutup di depan kami para lelaki? Kami makhluk yang lemah dan bodoh dalam membaca isyarat yang tidak terkatakan dengan jelas. We are not mind readers. Kami bukan cenayang. (R1M: 192)

Hihihi… ini saat Alif, sang tokoh utama, merasa seakan frustasi dalam menghadapi makhluk bernama perempuan. Dia bingung dan nggak ngerti. Hahaha…. Sepertinya si Alif perlu belajar tentang komunikasi dan bahasa perempuan. ^^




Aku telepon Amak dan bercerita dengan malu-malu kalau aku merasa sudah menemukan calon yang ingin kupersunting. Amak tidak banyak bicara, hanya berpesan, "Perempuan hatinya seperti kaca, jika pecah berderai tidak bisa kembali utuh sempurna. Hargai hati dan perasaannya. Jangan main-main, kalau suka bilang, kalau tidak jangan. Jangan permainkan perasaannya kalau masih ragu-ragu. Kalau wa'ang yakin, Amak restui."  (R1M: 240)

Hmm…. Setuju sekali dengan nasihat Amak. Mungkin tidak semua wanita serapuh itu, kadarnya mungkin yang berbeda. Tapi pada umumnya wanita memang seperti itu. Ingat-ingat saja buat para pria. Setangguh-tangguhnya wanita, tetap saja ia seorang wanita, yang berbeda dengan pria. Aku juga pernah dengar tentang 'Saat wanita telah bersungguh-sungguh, ia bisa setangguh karang, tapi saat terluka, ia bisa serapuh kaca'. Tapi lupa dengarnya di mana. Yah, kembali lagi, setiap manusia itu unik, mungkin kadarnya yang berbeda.




Hidupku kini ibarat mengayuh biduk membelah samudra hidup. Selamanya akan naik-turun dilamun gelombang dan ditampar badai. Tapi aku tidak akan merengek pada air, pada angin, dan pada tanah. Yang membuat aku kukuh adalah aku tahu ke mana tujuan akhirku di ujung cakrawala. Dan aku tahu aku tidak sendiri. Di atas sana, ada Tuhan yang menjadi tempat jiwa ragaku sepenuhnya bertumpu.  (R1M: 394-395)

Ya, aku setuju. Apapun itu, kalau kita sudah tahu 'goal'nya, alias tujuan akhirnya jelas, pasti kita akan tangguh menapaki jalannya. Tetapi kalau tidak jelas, kabur, ngambang, kita pasti akan lebih gampang terjatuh. Kenapa? Karena kita tidak bisa memaknai perjalanan kita, lebih tepatnya tidak ada motivasi yang membuat kita bisa bertahan. Karena itu, apapun itu, terlebih lagi menyangkut kehidupan, tentukan dulu 'goal' yang ingin kita tuju.




Seperti nasihat Kiai Rais dulu, muara manusia adalah menjadi hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Sebagai hamba, tugas kita mengabdi. Sebagai khalifah, tugas kita bermanfaat. Hidup adalah pengabdian. Dan kebermanfaatan.  (R1M: 395)

Aku serasa diingatkan kembali setelah membaca paragaraf itu. Allah Swt. telah memberitahu bahwa tidaklah manusia itu diciptakan kecuali untuk beribadah. Dan tugas manusia itu adalah menjadi khalifah di bumi. Nah beribadah di sini punya makna yang luas. Bukan sekedar 'ritual ibadah' biasa. Bukankah bekerja juga ibadah? Bukankah menuntut ilmu juga ibadah? Sesuatu yang baik, dan benar, yang diniatkan lillahita'ala termasuk ibadah. Beribadah sebagai hamba Tuhan. Tak lupa pula bahwa manusia juga diberi tugas untuk menjadi khalifah di bumi. Beribadah dan menjadi khalifah di bumi memang sudah dijelaskan dalam Al Quran. Jadi kita sebagai manusia, tak perlu lagi bingung-bingung dalam menjalani hidup ini. Ingat pula bahwa, "Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia." (HR.Thabrani dan Daruquthni)


Akhir kata, semoga menginspirasi. ^^






0 komentar:

Posting Komentar