Setengah
hari kamarin, seorang sobat numpang baca
novel di kamar. Ia ingin menamatkan hari itu juga. Selepas magrib, aku ikut
nimbrung sekilas. Baca bareng dari kejauhan. Hahaha…. Memang menarik nih
bacaan. Tapi aku ingin membacanya nanti, saat waktuku benar-benar rileks.
Karena kalau membaca novel, aku lebih ingin menikmatinya.
Dan
sejak SMA, aku udah jarang baca novel sebenarnya. Kalau tidak ada rekomendasi
dari orang lain, biasanya teman, yang bilang wajib baca, nggak akan ku baca.
Males. Panjang. Hahaha…. Kalau nggak benar-benar bagus, serasa buang-buang
waktu. Mungkin juga karena sudah lebih suka bacaan nonfiksi, jadi bacaan fiksi
ketertarikannya sudah berkurang. Hehehe…
Oke,
kembali ke jalurnya. Intinya semalam aku sempat ketawa-tawa sendiri. Cukup
menghibur. Selain ada juga yang menambah motivasi dan membuatku 'merenung'.
Sesaat. Dan kali ini, aku hanya ingin mengambil kutipan-kutipan yang menurutku
menarik dan bisa menjadi pembelajaran kita semua. Maklum, aku baru baca
sepotong-potong dan sekilas, jadi belum bisa berkomentar tentang resensinya.
Baiklah, kita mulai!
Wahai para perempuan, kenapa harus
seperti buku tertutup di depan kami para lelaki? Kami makhluk yang lemah dan bodoh dalam membaca isyarat yang tidak
terkatakan dengan jelas. We are not mind readers. Kami bukan cenayang.
(R1M: 192)
Hihihi…
ini saat Alif, sang tokoh utama, merasa seakan frustasi dalam menghadapi
makhluk bernama perempuan. Dia bingung dan nggak ngerti. Hahaha…. Sepertinya
si Alif perlu belajar tentang komunikasi dan bahasa perempuan. ^^
Aku telepon Amak dan bercerita dengan malu-malu kalau
aku merasa sudah menemukan calon yang ingin kupersunting. Amak tidak banyak
bicara, hanya berpesan, "Perempuan hatinya seperti kaca,
jika pecah berderai tidak bisa kembali utuh sempurna. Hargai hati dan
perasaannya. Jangan main-main, kalau suka bilang, kalau tidak jangan. Jangan
permainkan perasaannya kalau masih ragu-ragu. Kalau wa'ang yakin, Amak
restui." (R1M: 240)
Hmm….
Setuju sekali dengan nasihat Amak. Mungkin tidak semua wanita serapuh itu,
kadarnya mungkin yang berbeda. Tapi pada umumnya wanita memang seperti itu.
Ingat-ingat saja buat para pria. Setangguh-tangguhnya wanita, tetap saja ia
seorang wanita, yang berbeda dengan pria. Aku juga pernah dengar tentang 'Saat
wanita telah bersungguh-sungguh, ia bisa setangguh karang, tapi saat terluka,
ia bisa serapuh kaca'. Tapi lupa dengarnya di mana. Yah, kembali lagi, setiap
manusia itu unik, mungkin kadarnya yang berbeda.
Hidupku kini ibarat mengayuh biduk membelah samudra hidup.
Selamanya akan naik-turun dilamun gelombang dan ditampar badai. Tapi aku tidak
akan merengek pada air, pada angin, dan pada tanah. Yang membuat aku kukuh adalah aku tahu ke mana tujuan akhirku di ujung
cakrawala. Dan aku tahu aku tidak sendiri. Di atas sana, ada Tuhan yang
menjadi tempat jiwa ragaku sepenuhnya bertumpu.
(R1M: 394-395)
Ya,
aku setuju. Apapun itu, kalau kita sudah tahu 'goal'nya, alias tujuan akhirnya
jelas, pasti kita akan tangguh menapaki jalannya. Tetapi kalau tidak jelas,
kabur, ngambang, kita pasti akan lebih gampang terjatuh. Kenapa? Karena kita
tidak bisa memaknai perjalanan kita, lebih tepatnya tidak ada motivasi yang
membuat kita bisa bertahan. Karena itu, apapun itu, terlebih lagi menyangkut
kehidupan, tentukan dulu 'goal' yang ingin kita tuju.
Seperti nasihat Kiai Rais dulu, muara manusia adalah menjadi
hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Sebagai
hamba, tugas kita mengabdi. Sebagai khalifah, tugas kita bermanfaat.
Hidup adalah pengabdian. Dan kebermanfaatan.
(R1M: 395)
Aku
serasa diingatkan kembali setelah membaca paragaraf itu. Allah Swt. telah
memberitahu bahwa tidaklah manusia itu diciptakan kecuali untuk beribadah. Dan
tugas manusia itu adalah menjadi khalifah di bumi. Nah beribadah di sini punya
makna yang luas. Bukan sekedar 'ritual ibadah' biasa. Bukankah bekerja juga
ibadah? Bukankah menuntut ilmu juga ibadah? Sesuatu yang baik, dan benar, yang diniatkan
lillahita'ala termasuk ibadah. Beribadah sebagai hamba Tuhan. Tak lupa pula
bahwa manusia juga diberi tugas untuk menjadi khalifah di bumi. Beribadah
dan menjadi khalifah di bumi memang sudah dijelaskan dalam Al Quran. Jadi kita
sebagai manusia, tak perlu lagi bingung-bingung dalam menjalani hidup ini.
Ingat pula bahwa, "Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling
bermanfaat bagi manusia." (HR.Thabrani dan Daruquthni)
Akhir
kata, semoga menginspirasi. ^^
0 komentar:
Posting Komentar