Minggu, 09 Desember 2012

Mengalami 'Modalitas Desideratif'


Hari ini aku mengeluarkan air mata karena dua hal. Berhubung selama sekitar setahun (lebih dikit) ini aku mengutak-atik tentang modalitas desideratif, dua hal ini (tepatnya peristiwa) aku hubungkan dengan karakter modalitas desideratif.

Dua peristiwa ini sama-sama peristiwa nonaktual yang terkendali. Yang pertama, berupa peristiwa yang tidak terjadi, sehingga merupakan bentuk evaluasi yang positif jika dikaitkan dengan temporalitas. Karena berupa evaluasi yang positif, aku tentu sangat menginginkan (bukan berharap) akan terjadi di lain waktu yang akan datang. Yang kedua, berupa peristiwa yang belum terjadi. Dan aku menginginkan (bukan berharap) akan terjadi dengan mudah, baik, dan lancar. Aamiin. Keduanya, baik yang tidak maupun yang belum, merupakan peristiwa nonaktual.


Aku tidak mau menggunakan modalitas 'harapan' karena aku juga akan berusaha ikut andil dalam mengaktualisasikan peristiwanya. Hal inilah yeng membedakan 'keinginan' dengan 'harapan'. 'Harapan' hanyalah sebuah harapan. Pihak si pengalam tidak punya kuasa atau peran untuk ikut mengaktualisasikan peristiwa nonaktual itu. Karena aku punya peran yang cukup besar untuk dapat serta mengaktualisasikan peristiwa nonaktual itu, maka aku mengategorikannya kepada 'keinginan', bukan 'harapan'.

Aku pun menggunakan unsur leksikal menginginkan, bukan sekedar ingin karena menginginkan mengandung makna benefaktif dan kausatif. Ya memang, karena selain punya andil yang besar dalam mengaktualisasikan peristiwanya, aku juga berlaku benefaktif sekaligus kausatif kepada semua orang dalam lingkunganku untuk turut serta mengaktualisasikan peristiwanya. Kenapa hanya orang atau yang insan saja? Karena dalam bahasa Indonesia, hanya yang insan sajalah yang dipandang punya 'keinginan'. Nah, kalau ada si CiNut, Black, dan Denci(s), kemungkinan mereka (kucing-kucing C67 itu) juga ku ajak untuk berperilaku menginginkan. Tapi, mereka sebenarnya lebih tepat hanya mempunyai 'kemauan' saja, karena termasuk bukan insan dan bernyawa (animate). Dan benda-benda mati (inanimate) yang sedang kumanfaatkan maupun yang 'membantuku', mereka semua tidak bisa dilekati makna modalitas desideratif manapun dalam bahasa Indonesia, baik itu dengan kadar yang kuat yaitu 'keinginan', maupun dengan kadar yang lemah, yaitu 'kemauan', 'maksud', dan 'keakanan'.

Hahaha…. 'berperang' dengan modalitas desideratif selama setahun terakhir ini ternyata membuahkan hasil satu artikel ini. Alhamdulillah, positif. Dan sekarang aku sedang 'berdamai' dengan modalitas desideratif. Jadi, hayuk kita sama-sama aktualisasikan peristiwa nonaktual itu segera dengan bergelimangan kelancaran. Baik yang pertama, maupun yang kedua. Aamiin.

(^_^)

*rehat sejenak di 17:00, 091212


0 komentar:

Posting Komentar