Hari
ini aku mengeluarkan air mata karena dua hal. Berhubung selama sekitar setahun
(lebih dikit) ini aku mengutak-atik tentang modalitas desideratif, dua hal ini
(tepatnya peristiwa) aku hubungkan dengan karakter modalitas desideratif.
Dua
peristiwa ini sama-sama peristiwa nonaktual yang terkendali. Yang pertama, berupa peristiwa
yang tidak terjadi, sehingga merupakan bentuk evaluasi yang positif jika
dikaitkan dengan temporalitas. Karena berupa evaluasi yang positif, aku tentu
sangat menginginkan (bukan berharap) akan terjadi di lain waktu yang akan
datang. Yang kedua, berupa peristiwa yang belum terjadi. Dan aku menginginkan
(bukan berharap) akan terjadi dengan mudah, baik, dan lancar. Aamiin. Keduanya,
baik yang tidak maupun yang belum, merupakan peristiwa nonaktual.
Aku
tidak mau menggunakan modalitas 'harapan' karena aku juga akan berusaha ikut
andil dalam mengaktualisasikan peristiwanya. Hal inilah yeng membedakan
'keinginan' dengan 'harapan'. 'Harapan' hanyalah sebuah harapan. Pihak si
pengalam tidak punya kuasa atau peran untuk ikut mengaktualisasikan peristiwa
nonaktual itu. Karena aku punya peran yang cukup besar untuk dapat serta
mengaktualisasikan peristiwa nonaktual itu, maka aku mengategorikannya kepada
'keinginan', bukan 'harapan'.
Aku
pun menggunakan unsur leksikal menginginkan, bukan
sekedar ingin karena menginginkan
mengandung makna benefaktif dan kausatif. Ya memang, karena selain punya andil
yang besar dalam mengaktualisasikan peristiwanya, aku juga berlaku benefaktif
sekaligus kausatif kepada semua orang dalam lingkunganku untuk turut serta mengaktualisasikan
peristiwanya. Kenapa hanya orang atau yang insan saja? Karena dalam bahasa
Indonesia, hanya yang insan sajalah yang dipandang punya 'keinginan'. Nah,
kalau ada si CiNut, Black, dan Denci(s), kemungkinan mereka (kucing-kucing C67
itu) juga ku ajak untuk berperilaku menginginkan.
Tapi, mereka sebenarnya lebih tepat hanya mempunyai 'kemauan' saja,
karena termasuk bukan insan dan bernyawa (animate).
Dan benda-benda mati (inanimate) yang
sedang kumanfaatkan maupun yang 'membantuku', mereka semua tidak bisa dilekati
makna modalitas desideratif manapun dalam bahasa Indonesia, baik itu dengan
kadar yang kuat yaitu 'keinginan', maupun dengan kadar yang lemah, yaitu
'kemauan', 'maksud', dan 'keakanan'.
Hahaha….
'berperang' dengan modalitas desideratif selama setahun terakhir ini ternyata
membuahkan hasil satu artikel ini. Alhamdulillah, positif. Dan sekarang aku
sedang 'berdamai' dengan modalitas desideratif. Jadi, hayuk kita sama-sama
aktualisasikan peristiwa nonaktual itu segera dengan bergelimangan kelancaran.
Baik yang pertama, maupun yang kedua. Aamiin.
(^_^)
*rehat
sejenak di 17:00, 091212
0 komentar:
Posting Komentar