Kamis, 09 Agustus 2012

Keterampilan Berkomunikasi Secara Dinamis

Masih berhubungan dengan bahasan sesuatu yang bernama komunikasi, ini coba disalinkan apa adanya dari buku Two Ears One Mouth: Panduan Sukses Komunikasi Profesional karya Kussusanti. Okeh silakan disimak, semoga dapat memperbaiki cara kita semua dalam berkomunikasi dengan sukses!


Cara berkomunikasi kita perlu disesuaikan dengan lawan bicara, yaitu dengan melihat siapa dan bagaimana lawan bicara kita, untuk menentukan isi pesan dan bagaimana cara kita menyampaikannya. Yang penting dalam berkomunikasi bukan apa yang kita sampaikan tetapi bagaimana kita menyampaikannya. Inilah yang disebut dengan dynamic communications skills.

Sebelum kita berbicara, yang lebih penting dikuasai adalah keterampilan active listening, yaitu bagaimana mendengarkan secara aktif. Kita perlu memiliki kemauan untuk mendengar, memberi perhatian penuh, memahami apa yang dikatakan maupun yang tidak dikatakan orang, mengingat, memberi respon yang tepat, sesuai, dan efektif.

Setelah mampu mendengarkan secara aktif, kita perlu memiliki keterampilan berbicara secara assertive (lugas), yaitu berbicara tidak kasar, tidak memaksa, penuh percaya diri, bahkan tidak takut menghadapi lawan bicara. Dengan keterampilan assertiveness ini, diharapkan kita dapat mengajukan pendapat dengan penuh percaya diri, menyatakan ketidaksetujuan tanpa konflik, mau menerima kritik dan bekerja sama dengan baik, sehingga semua pihak merasa puas.

Kata dynamic atau dinamis berarti selalu sanggup menyesuaikan diri dengan keadaan, memiliki sifat, tenaga dan kekuatan sehingga selalu bergerak. Dynamic communicarions berarti komunikasi yang disesuaikan dengan lawan bicara, mengikuti pola yang diinginkannya (dalam hal ini oleh penerima pesan/receiver).

Komunikasi ditentukan oleh tujuan yang hendak dicapai (effect), disesuaikan dengan isi pesannya (message) serta salurannya (channel). Keterampilan berkomunikasi ini akan terus berkembang ke arah perbaikan. Kita tidak bisa berkomunikasi dengan satu gaya komunikasi saja. Justru kita dituntut untuk berkomunikasi secara dinamis. Saat berbicara dengan Bapak Ahmad harus serius, berbicara dengan Ibu Bela bisa lebih santai, dan kepada seorang pelanggan kita harus hati-hati berbicara karena ia galak atau sensitif. Inti dari dinamis berkomunikasi adalah bagaimana kita mampu menyesuaikan diri dengan lawan bicara.

Berawal dari inilah, kita perlu melihat dan meneliti lebih dahulu siapa komunikan kita, apa yang ingin kita sampaiakan, dan apa tujuannya. Dari sini kita akan menuju pada komunikasi yang efektif.

Komunikasi yang disesuaikan dengan lawan bicara adalah mengikuti apa yang diinginkan oleh pendengar. Kadang-kadang memang sulit mengetahuinya. Jika lawan bicara mengucapkan kata-kata secara jelas, tidak ada masalah. Tetapi banyak orang yang tidak bisa atau tidak mau mengucapkan sesuatu secara langsung dan terbuka, bahkan diam saja. Lalu bagaimana? Apakah kita juga lantas diam saja? Tentu tidak. Kita harus pandai menggali kebutuhan, apa yang ingin dikatakan orang tersebut dan apa yang sesungguhnya ia inginkan? Misalnya, aktif bertanya dan memerhatikan body language.


Sumber:
Kussusanti. 2009. Two Ears One Mouth: Panduan Sukses Komunikasi Profesional, 1-4. Jakarta: Grasindo.


0 komentar:

Posting Komentar