Berhati-hatilah
dengan amarahmu! Sungguh, berhati-hatilah dengan amarahmu. Memang saat marah,
emosi seseorang itu meningkat dan kecerdasan menurun. Amarahmu bisa menjadi
bumerangmu karena apa-apa yang telah terjadi ataupun ucapan yang terlontarkan
saat 'keadaan marah' tidak bisa ditarik. Mungkin bisa diperbaiki, tapi kecil
kemungkinannya untuk bisa benar-benar pulih seperti sebelum amarah itu terjadi.
Tetap akan ada yang membekas walaupun samar.
Berhati-hatilah
dengan amarahmu, terutama jika secara tak sengaja ataupun sengaja telah melukai
perasaan orang lain. Walau termaafkan, mungkin tetap membekas dalam ingatannya,
bagaimana kamu memperlakukannya saat marah tadi. Yang
bisa jadi itu bisa membuatnya merasa 'kapok' dalam arti negatif.
Berhati-hatilah
dengan amarahmu, terutama ketika hal itu malah menjadi bumerangmu. Kamu tidak
bisa menariknya kembali walaupun kamu menyesalinya dan ingin memperbaikinya.
Bisa jadi orang lain itu berpikir dua bahkan tiga kali untuk menerimanya
kembali. Dan yang ada? Kamu gigit jari.
Berhati-hatilah
dengan amarahmu, terutama ketika hal itu malah merusak hubunganmu dengan
seseorang yang telah terjalin baik selama ini. Untuk memperbaikinya perlu
waktu, yang tak jarang tidak sebentar.
Berhati-hatilah
dengan amarahmu, karena saat marah, kamu akan cenderung 'tidak mau mendengar'
apa-apa penjelasan orang lain. Tahanlah amarahmu, tarik nafas dalam-dalam, dan
cobalah untuk mendengarkannya dahulu, walau sesaat. Karena siapa tahu salah
paham terjadi. Dan bahkan kalian bisa menemukan solusi terbaik setelah
mendengar.
Bukankah
Rasulullah Saw. telah mengajarkan kepada kita?
Pertama, ketika marah berusaha untuk berdzikir
atau ta'awudz.
Kedua, mengubah
posisi ketika marah seperti hadist berikut, "Bila seseorang sedang marah dan ia sedang
berdiri, maka duduklah. Bila tidak hilang juga kemarahannya maka
berbaringlah". (H.R. Abu Dzar).
Ketiga, diamlah (tidak bicara). Karena dikhawatirkan ucapanmu tak terkontrol.
Keempat, berwudhu.
Kelima, shalat sunat dua rakaat.
Keenam, membaca Al quran.
Dan jika belum reda juga, ketujuh, perlu memberikan kebutuhan tubuh untuk tidur dan
beristirahat, karena biasanya kemarahan muncul pada saat tubuh dalam kondisi
lelah, kurang tidur, dan lapar. Rasulullah Saw., bersabda, "Dan sesungguhnya bagi jasadmu juga
ada hak atas dirimu". (H.R.
Bukhari).
Bukan
berarti kau tidak boleh marah. Atur, kendalikan, rasa marahmu itu. Salurkan
dengan cara yang baik.
Sungguh,
berhati-hatilah dengan amarahmu!
8812
1430/2330
aoi
0 komentar:
Posting Komentar