Kamis, 09 Agustus 2012

Amarahmu Bumerangmu

Berhati-hatilah dengan amarahmu! Sungguh, berhati-hatilah dengan amarahmu. Memang saat marah, emosi seseorang itu meningkat dan kecerdasan menurun. Amarahmu bisa menjadi bumerangmu karena apa-apa yang telah terjadi ataupun ucapan yang terlontarkan saat 'keadaan marah' tidak bisa ditarik. Mungkin bisa diperbaiki, tapi kecil kemungkinannya untuk bisa benar-benar pulih seperti sebelum amarah itu terjadi. Tetap akan ada yang membekas walaupun samar.

Berhati-hatilah dengan amarahmu, terutama jika secara tak sengaja ataupun sengaja telah melukai perasaan orang lain. Walau termaafkan, mungkin tetap membekas dalam ingatannya, bagaimana kamu memperlakukannya saat marah tadi. Yang bisa jadi itu bisa membuatnya merasa 'kapok' dalam arti negatif.

Berhati-hatilah dengan amarahmu, terutama ketika hal itu malah menjadi bumerangmu. Kamu tidak bisa menariknya kembali walaupun kamu menyesalinya dan ingin memperbaikinya. Bisa jadi orang lain itu berpikir dua bahkan tiga kali untuk menerimanya kembali. Dan yang ada? Kamu gigit jari.

Berhati-hatilah dengan amarahmu, terutama ketika hal itu malah merusak hubunganmu dengan seseorang yang telah terjalin baik selama ini. Untuk memperbaikinya perlu waktu, yang tak jarang tidak sebentar.

Berhati-hatilah dengan amarahmu, karena saat marah, kamu akan cenderung 'tidak mau mendengar' apa-apa penjelasan orang lain. Tahanlah amarahmu, tarik nafas dalam-dalam, dan cobalah untuk mendengarkannya dahulu, walau sesaat. Karena siapa tahu salah paham terjadi. Dan bahkan kalian bisa menemukan solusi terbaik setelah mendengar.

Bukankah Rasulullah Saw. telah mengajarkan kepada kita?
Pertama, ketika marah berusaha untuk berdzikir atau ta'awudz.
Kedua, mengubah posisi ketika marah seperti hadist berikut, "Bila seseorang sedang marah dan ia sedang berdiri, maka duduklah. Bila tidak hilang juga kemarahannya maka berbaringlah". (H.R. Abu Dzar).
Ketiga, diamlah (tidak bicara). Karena dikhawatirkan ucapanmu tak terkontrol.
Keempat, berwudhu.
Kelima, shalat sunat dua rakaat.
Keenam, membaca Al quran.
Dan jika belum reda juga, ketujuh, perlu memberikan kebutuhan tubuh untuk tidur dan beristirahat, karena biasanya kemarahan muncul pada saat tubuh dalam kondisi lelah, kurang tidur, dan lapar. Rasulullah Saw.,  bersabda, "Dan sesungguhnya bagi jasadmu juga ada hak atas dirimu". (H.R. Bukhari).


Bukan berarti kau tidak boleh marah. Atur, kendalikan, rasa marahmu itu. Salurkan dengan cara yang baik.

Sungguh, berhati-hatilah dengan amarahmu!

8812
1430/2330

aoi

0 komentar:

Posting Komentar