Kamis, 11 Agustus 2011

Bukan Maksud Itung-itungan!

 “Ini, makanku tadi.”

“Nggak usah. Aku traktir.”
“Janganlah. Sudah terlalu sering kamu begitu.”
“Udahlah, kamu apa-apaan sih. Udah, simpen aja.”
“Aku nggak mau!”
“Aku juga nggak mau! Kalau kamu nggak mau, kasih aja ke pengemis. Udah ya! Aku balik dulu….! Daahh….!”
“Hei…!” Fiuh….




Mail to Yu
From Mi
Aku mau jujur, Itulah yang tak ku suka darimu. Entah kenapa sejak kita kuliah, kamu begitu. Kenapa nggak kayak pas zaman SMA aja sih? Kita bertanggung jawab atas diri kita masing-masing. Dengan begitu lebih enak dan lebih bebas.

Mail to Mi
From Yu
Kamu kenapa Mi? Hei, kita kan dah kayak sodara. Udah lama benget kita sobatan hingga hampir-hampir tak ada batas. Nggak baik sama sodara itung-itungan. Itu yang diajarkan orang tuaku. Udahlah, kenapa sih? Kalo kamu udah kerja, baru akan ku pertimbangkan. Hehehe….

Mail to Yu
From Mi
Oh ya? Kalo aku udah kerja katamu? Dulu pas aku udah kerja juga kamu sama aja, kamu nggak mau terima dariku. Tetap aja kamu yang traktir. Walopun sekarang statusku hanyalah sebagai job seeker yang kadang2 jadi volunter, aku masih punya cukup tabungan dari hasil usahaku dulu. Aku masih mampu Yu.

Mail to Mi
From Yu
Hei, aku tak bermaksud tak melihatmu. Anggap saja waktu itu hadiah dariku. Apalagi sekarang aku udah nikah. Aku nggak bisa, Mi.

Mail to Yu
From Mi
Mungkin aku terbiasa begitu dengan teman-temanku yang lain. Terkadang akan lebih nyaman jika kita bertanggung jawab akan diri kita masing-masing. Aku dan teman-temanku yang lain juga bukan orang yang itung-itungan, cuma ada kalanya kami saling memberi dan menerima. Dua arah. Nggak hanya dari satu sisi saja. Saling berbagi. Beda halnya jika memang ada suamimu saat kita bersama, aku akan menerimnya, untuk mengahargai suamimu. Tapi, kalo kita sedang berdua saja, dari dulu aku menganggap kita berdua itu setara.

Mail From Yu
To Mi
Udahlah, Mi. Jangan memperpanjang. Ini yang harus kamu tahu, hukum tak tertulis di adat budaya kita. Siapa yang udah kerja, wajib bayarin yang belum kerja. Aku dulu diajarin kakakku begitu. Jadi, kalo mau protes, protes aja ke kakakku. Aku ke Dya juga gitu, kok. Kadang aku yang bayari. Karena kamu dan Dya itu dah ku anggap sodara, bukan sekedar sobat lagi. Untungnya dapat suami yang berprinsip sama, jadi klop deh. Hehehe…

Mail from Mi
To Yu
Aku juga tahu hukum tak tertulis itu. Kamu sendiri kan yang bilang “k-a-d-a-n-g”. Nah ini, denganku bisa dibilang kamu yang “s-e-l-a-l-u”. Pas aku kerja dulu juga, aku ganti traktir, kamu nggak mau, kita bayar masing-masing, kamu juga nggak mau. Aku kan bingung! Plus Jengkel! Aku jadi nggak nyaman lagi kalo makan berdua di luar denganmu. Sekali-sekali aku kan juga pengen mentraktirmu! Walopun mungkin tak se’wah’ sepertimu.

Oke, aku anggap saja hadiah buatku. Yang ingin aku bilang adalah kenapa kamu tak pernah membiarkan dan memberi kesempatan padaku menjadi pihak yang memberi? Aku dan teman-temanku yang lain, walau tahu, orang yang ingin mentraktir kami terkadang di bawah kami, tapi sekali waktu kami tetap mengizinkannya untuk menjadi pemberi. Karena kami tahu, giving is powerfull! Dengan begitu dia merasa keberadaannya berarti buat orang lain. Dan perasaan seperti itu tak bisa dibeli.

Baiklah, sekarang mungkin memang aku sedang diberi kesempatan sama tuhan untuk memainkan peran sebagai sang penerima. Jadi, ya terima dan nikmati saja. Bukankah menerima itu secara tak langsung juga berarti memberi? Aku akan m-e-m-a-n-t-a-s-k-a-n diriku untuk menjadi pemberi hingga kamu tak merasa risih dan tak ada alasan lagi untuk menolakku. Aku berharap kesempatan itu suatu saat akan datang. Dan tentang biaya makanku waktu itu, telah ku berikan lagi kepada yang lebih berhak. Karena aku pun tak bisa.^^

Oke, itu aja yang ingin aku sampaikan padamu, Yu. Lain waktu, selama aku belum kerja, aku bisa donk kalo gitu mengajakmu makan di restorannya Chef Master Juna atau Chef Master Vindex? Hehehe…

Mail from Yu
To Mi
Oke, aku paham. Maaf kalo membuatmu tak nyaman. Restorannya Chef Master ya… Hmm… bisa kita pertimbangkan^^




“Dasar si Yu!” batin Mi.





*Juli 2011


aoi

0 komentar:

Posting Komentar