Senin, 01 Agustus 2011

Berbagi: Kebutuhan Manusia

Suatu malam, saat menjelang tidur, temanku dari kamar atas, datang menghampiri.


     "Udah siap-siap mau tidur?", tanyanya ketika melihatku sedang membersihkan wajah.

     "Iya, ada apa?", jawabku sambil senyum menggoda, seakan tahu inginnya.

     "Aku pengen cerita." , katanya kemudian.

     "Ya udah, cerita aja. Aku belum begitu ngantuk kok. Tapi aku sambil bersihin muka ya.", balasku.


Kenapa kejadian ini menggelitikku? Sekilas tak ada yang istimewa. Tapi aku teringat akan satu hal. Rasa ingin berbagi dan memberi. Rasa itu jika diabaikan keberadaannya dan tak tersalurkan, akan berakibat fatal. Minimal jadi merasa tak tenang dan gundah. Seperti temanku tadi, padahal dilihatnya aku sedang bersiap-siap akan beranjak ke peraduan, tapi di satu sisi, ada keinginan berbagi cerita saat itu juga; dan kalau tidak dicurahkan, mungkin tidurnya jadi  kurang nyenyak. Sedangkan aku, melihat gelagat itu dan paham akan rasa ingin berbagi, menerimanya; selain diriku juga belum begitu ngantuk.

Saat sudah waktunya untuk berbagi, tetapi tak juga kita berikan atau salurkan, tentu akan menjadi penyakit. Baik itu penyakit fisik maupun penyakit hati. Feses misalnya (maaf, bukan maksud jorok); jika tidak dibagi (dikeluarkan), tentu akan membuat penyakit. Feses kita bisa menjadi pupuk juga kan? Itu haknya tanah, bahkan ada haknya ikan lele untuk tempat-tempat tertentu. Lalu, untuk harta; jika tidak dibagi ketika sudah mencapai nisabnya (zakat), bisa mendatangkan bencana dan penyakit hati bagi si empunya. Sifat tamak misalnya. Bukan begitu?

Memberi, berarti ada keinginan kita untuk saling berbagi. Banyak hal. Entah itu berupa benda, materi, cerita, rasa, asa, dan lainnya; intinya ingin berbagi. Dengan berbagi, kita seperti menyalurkan kelebihan energi positif kita untuk orang lain, dan apa yang sebaiknya dilakukan oleh pihak yang dibagi? Tak lain dan tak bukan adalah menerimanya! Dan jangan berkecil hati, hanya karena menerima. Menerima, berarti memberi juga. Kok bisa? Ya bisa! Dengan menerima berarti kita secara tak langsung memberi kebahagiaan kepada pemberi itu. Bahagia karena apa? Bahagia karena kita telah membuatnya merasa diakui, dihargai, dan menyakinkannya bahwa dia berguna bagi orang lain. Perasaan itu sungguh membahagiakan.

Lalu, apa kebahagiaan bagi kita si penerima? Jelas kita juga bahagia, karena telah berhasil menahan ego kita untuk tidak bersikap egois, kita masih bisa peduli akan orang lain, walaupun saat ini kita masih dalam posisi memberi secara tak langsung. Tapi lain waktu, pasti akan berganti, ada saat-saat kita akan merasa ingin berbagi dan diterima oleh orang lain.

Lalu, mengapa setiap orang berlomba-lomba (disadari ataupun tidak) untuk bisa menjadi pemberi dan berbagi kepada sesama? Jawaban pastinya adalah karena dengan berbagi kita merasa bahagia. Jadi, perasaan itulah, bahagia! Setiap orang berlomba-lomba ingin berbagi karena ingin merasakan kebahagiaan. Bukan begitu? Tentunya berbagi dan memberi ini dalam konteks yang luas. Jadi, ingin bahagia? Kenapa tidak coba untuk berbagi?^^

*010811

aoi

0 komentar:

Posting Komentar