Rabu, 06 Juli 2011

Mau dibawa ke mana (hidupku)?

Hari ke-1, Ata membaca.
(QI: 142-143)
Salah satu penyebab kebanyakan orang tidak bahagia adalah kerena pekerjaan yang mereka lakukan tidak sesuai dengan visi dan misi hidupnya atau tidak tahu jelas misi dan visi hidupnya. Banyak orang telah melakukan berbagai macam pekerjaan selama berpuluh tahun baru mulai menyadari jenis pekerjaan yang sesuai dengan visi dan misi hidupnya. Dan setelah diperlukan waktu bertahun untuk menyadari pekerjaan yang cocok, mereka masih perlu bertahun-tahun lagi untuk mengumpulkan keberanian terjun ke dalam profesi barunya. Oleh karena mereka takut apakah bisa hidup dan mendapatkan penghasilan yang cukup, apakah bisa sukses mengingat latar belakang pendidikan yang tidak mendukung profesi yang diinginkannya.

Kebanyakan orang hanya melakukan pekerjaannya dengan alasan penghasilannya yang tinggi. Tanpa pernah memikirkan apakah pekerjaan itu sesuai jiwa, pribadi, misi, dan visi hidupnya. Mereka hanya berpikir kalau penghasilannya tinggi, mereka akan bahagia dan segalanya beres. Ternyata tidak demikian, karena betapa pun besarnya penghasilan seseorang kalau pekerjaannya tidak selaras dengan misi dan visi hidupnya, maka pekerjaan itu tidak akan memberikan kebahagiaan, tapi justru menjadi sebuah perjuangan dan beban.

Saat kita berhasil meraih tujuan yang bukan datang dari hati, kita akan tetap merasa kekurangan. Semakin kita sukses, hidup kita akan semakin kering dan kekurangan arti. Oleh karena sebenarnya kita mengejar kesuksesan untuk menghindari rasa sakit dari perasaan kurang yang mengganggu di hati kita.

(QI: 144)
Saya sering ditanya, kenapa kita mesti repot menjelaskan kepada Tuhan apa  yang kita mau? Bukankah Tuhan sudah Mahatahu?

Tuhan memang tahu apa yang kita mau, tetapi masalahnya justru apakah kita tahu apa yang kita mau. Oleh karena Tuhan bukanlah Mahapemaksa, melainkan Mahapemberi. Ia hanya memberi apa yang kita minta.

Apakah Anda tahu apa yang Anda mau? Apakah Anda merasa bahwa Anda ikut andil menentukan nasib dan kesuksesan Anda? Apakah Anda hidup di dalam gairah untuk mewujudkan niat-niat Anda? Apakah Anda selalu merasa segar tanpa lelah karena dorongan hasrat yang membara di dada?

(QI: 145)
….. ; maka langkah pertama untuk menyelesaikan semua itu adalah dengan bertanya, sungguh-sungguh bertanya pada diri sendiri: apa sebenarnya yang saya inginkan?

Kejelasan niat, itulah yang dimaksud. Oleh karena sukses adalah sebuah pilihan, kita akan dengan mudah meraihnya asal tahu lebih dulu apa yang kita mau. Persoalannya, banyak orang yang tidak tahu apa kemauannya. Niat di dalam doanya tidak jelas sehingga apa yang dicapainya pun melenceng jauh. Bagaimana kita bisa mendapatkan sesuatu yang kita inginkan kalau apa yang kita inginkan pun tidak jelas?

(QI: 146)
Banyak contoh orang yang sukses karena sejak awal mereka tahu persis apa yang mereka inginkan dan tahu misi hidupnya. Bill Gates sudah tahu sejak muda bahwa ia akan menjadi pakar di bidang software komputer, sehingga ia terus mengembangkan hal itu dan akhirnya menjadi sangat sukses di bidang yang ia inginkan. Padahal dia bukan orang yang sangat pintar. Bill drop out di masa kuliahnya. Michael Dell, pemilik pabrik komputer Dell, sejak usia muda juga tahu bahwa karier yang cocok untuk hidupnya adalah di bidang perangkat keras komputer.

Mereka semua tahu persis apa yang mereka inginkan. Meskipun jatuh bangun mereka tetap bertahan, karena mereka tahu, jatuh bangun hanyalah sebuah proses menuju pencapaiannya. Tanyakanlah terus pada diri Anda apakah sebenarnya yang Anda inginkan. Tanyakan terus juga pada Tuhan apa yang sebaiknya Anda inginkan. Nantikanlah kehadiran jawaban itu di hati dan segera tindak lanjuti dengan ikhtiar.


Hari ke-2, Ata membaca.
(PH: 9-10)
Bila ingin hasil yang optimal, tuliskanlah kembali apa yang sudah Anda kerjakan tadi ke halaman akhir dari buku ini. Gabungkan menjadi rangkaian tulisan yang berhubungan satu dengan yang lain sehingga jadilah Proposal Hidup Anda. Saya yakin setelah Anda menyusun Proposal Hidup dengan detil sesuai dengan yang saya anjurkan, kehidupan Anda di masa yang akan datang akan jauh lebih baik daripada apabila Anda tidak menyusunnya.

Pernyataan saya ini didukung oleh riset yang dilakukan terhadap para lulusan MBA di Harvard Business School. Riset dilakukan antara tahun 1979 dan 1989. Pada tahun 1979, para lulusan MBA tersebut ditanya 'apakah Anda telah menyusun suatu rencana hidup yang jelas, spesifik, dan tertulis?' Hasilnya, 3% menyatakan telah memiliki rencana hidup yang jelas, spesifik, dan tertulis. 13% menyatakan telah memiliki rencana hidup yang jelas, spesifik akan tetapi tidak tertulis. Sisanya, 84% menyatakan belum memiliki apalagi menyusun rencana hidup.

Sepuluh tahun kemudian, 1989, periset yang dipimpin oleh Mark McCormack melakukan wawancara dengan semua responden pada tahun 1979. Hasilnya, 13% yang menyatakan memiliki rencana hidup yang jelas, spesifik tetapi tidak tertulis, memiliki penghasilan rata-rata dua kali lipat dibandingkan dengan mereka yang 84% (belum memiliki dan menyusun rencana hidup). Yang luar biasa, 3% para lulusan yang telah memiliki rencana hidup yang jelas, spesifik, dan tertulis memiliki penghasilan yang besarnya rata-rata 10 kali lipat dibandingkan 97% lulusan sekolah bisnis tersebut.

Jadi, tidak ada alasan Anda ragu menyusun proposal hidup. Ikuti semua instruksi di dalam buku ini, konsistenlah menjalankannya dan nikmati hasilnya.

(PH: 32)
Pastikan bahwa ketika prestasi terbaik yang Anda pilih itu tercapai, Tuhan bangga kepada Anda. Orangtua Anda juga bangga dan merasa sangat beruntung melahirkan Anda. Pasangan hidup Anda juga tidak menyesal telah mendampingi Anda. Putra-putri Andapun sangat "pede" punya orangtua seperti Anda. Begitu pula orang-orang di sekitar Anda merasa terhormat bergaul dan berinteraksi dengan Anda.


Hari ke-3, Ata menonton acara TV.
Lakukanlah apa yang Anda cintai, dan cintailah apa yang Anda lakukan.

Saat merasa belum melakukan apa yang Anda cintai, pilihannya adalah coba mencintai apa yang Anda lakukan.


Hari ke-4, Ata menonton drama berseri.
(Good Luck!! Ep.1)

"Hei, kenapa kamu jadi seorang mekanik?"

"Aku hanya ingin pesawat-pesawat itu terbang dengan aman, itu saja."

"Apakah lucu?"

"Nggak"

"Kamu?"

"Hah?"

"Kenapa kamu jadi seorang pilot?"

"Kamu pengen tahu?"

"Nggak juga."

"Kalau kamu ngomong begitu, maka percakapan akan berakhir."

"Jadi? Oh pasti karena dikelilingi oleh pramugari-pramugari cantik, dibayar dengan gaji tinggi, dan membuatmu bangga."

"Bukan seperti itu!"

"Jadi apa?"

"Entah kenapa aku..., aku hanya berpikir itu sepertinya keren. Ketika aku kecil, aku sempat melihat kokpit, dan kaptennya saat itu terlihat sangat keren. Semua pramugarinya terlihat sangat ramah. Semuanya terlihat sebagai satu tim dan menerbangkan benda itu. Menurutku itu sangat keren."

"Sungguh pemikiran yang sangat sederhana!"


Hari ke-5, Ata menonton film.
(3 Idiots)

"Yang kamu merasa gembira melakukannya, jadikan itu profesimu, sehingga bekerja akan serasa bermain!"

"Hei…! Berhentilah jadi insinyur. Jadilah wild life photographer! Jalani pekerjaan yang kau kuasai. Dia mencintai binatang tapi menikahi manusia!"



"Pacarku, istriku, mereka berdua adalah insinyur semua. Kenapa nilaiku selalu buruk? Kenapa?"

"Karena kau penakut! Lihat ini, lihat tangannya. Cincinnya lebih banyak dibanding jari yang dia punya. Satu untuk ujian, satu untuk pernikahan kakak, dan satu lagi untuk pekerjaan. Jika kau terlalu takut pada masa depanmu, kau pikir kau bisa hidup? Apa fokusmu?"



"Nilai-nialimu selalu buruk. Adakah penjelasannya?"

"Pasti karena terlalu takut. Semasa kecil, saya adalah anak yang briliant. Orangtua saya sangat menaruh harapan agar saya mengentaskan kemiskinan kami, Saat itulah saya mulai merasa ketakutan ketika tiba di sini, saya melihat ada banyak persaingan. Jika kau tidak menjadi yang terdepan, tak kan ada yang mengenalimu. Saya menjadi semakin ketakutan. Ketakutan berefek buruk pada keberhasilan, Pak! Saya mulai memakai banyak cincin dan berdoa lebih rajin. Bahkan saya mulai memohon kepada Dewa, beri hamba ini, beri hamba itu…! Enam belas tulang saya patah, dalam lumpuh saya berfikir. Kemudian saya mengerti. Pak, hari ini saya tidak meminta kepada Dewa untuk memberi saya pekerjaan ini. Saya hanya berkata, terimakasih atas hidup yang kau berikan ini. Jika Anda hari ini menolak, saya tidak akan menyesal sedikitpun. Karena saya percaya, pasti akan ada kesempatan bagi saya untuk melakukan yang berharga dalam hidup ini."


Hari ke-6, Ata mendengar.
Anti bercerita ke gua gitu. Sekarang ini dia bingung tentang tujuan hidupnya, Ya gua jawab, gua bukan orang yang ambisius sih Ti, Jadi ya, gua menjalani aja apa yang gua jalani sekarang, kalau gua udah menikmati apa yang gua jalani sekarang, itu udah cukup buat gua.


Hari ke-7, Ata membaca email.
Gua memang masih bingung, Ta. Tapi untuk sementara, gua akan menjalani apa yang ada aja dulu, sembari masih mencari.


Hari ke-8, Ata membalas email.
Aku juga masih bingung kok Ti, Aku juga masih terus bertanya dan coba menggali. Satu yang ku ingat, Ti. Aku pernah baca sebuah buku, katanya bingung itu adalah anugerah, karena ketika bingung, berarti kita sedang dalam proses menuju paham. Setuju, Ti?


Hari ke-9,  Ata berpikir.
Benarkah ini yang dia inginkan? Benarkah ini yang bisa buat dia bahagia? Mengapa dia tidak ada gairah dan antusias saat harus mencari dan menjalani semua proses menuju pencapaiannya? Mengapa dia lebih antusias dan penasaran jika mencari dan berkutat dengan bidang lain? Apakah dulu dia hanya terbawa suasana? Pantaskan di umur segini, yang kata orang sudah cukup dewasa, masih bertanya tentang arah hidup? Apa sebenarnya yang dia inginkan? Apa sebenarnya yang ingin dia banggakan di hadapan sang Khalik kelak? Benarkah mencari tahu keinginan diri dan merencanakan berarti seseorang yang ambisius? Haruskah dia menjalani hidup layaknya air mengalir yang tak tahu sebenarnya ujungnya akan ke laut apa? Menjalani saja hidupnya layaknya kebanyakan orang yang tak tahu pasti sebenarnya apa goal hidupnya kelak? Prestasi tertinggi apa yang akan dia torehkan selama hidup di muka bumi?

Semakin berpikir Ata semakin bingung. Tapi sekali lagi dia ingat sesuatu. Bingung adalah proses menuju paham. Semoga.


Hari ke-10?
Seraya menanti jawaban, Ata mencoba mulai melangkah apa yang diyakininya baik.

*060711

aoi


Ket:
(QI= Sentanu Erbe. 2007. Quantum Ikhlas: Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati. Jakarta: PT Elex Media Komputindo)
(PH= Azzaini Jamil. 2009. Tuhan, Inilah Proposal Hidupku…. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)
(Good Luck!!= Drama berseri Jepang)
(3 Idiots= Film Layar Lebar India)

0 komentar:

Posting Komentar