Senin, 13 Juni 2011

Si Bunga dan Si Matahari

Saat Bunga dan Matahari masih dalam genggaman,
mereka begitu ceria dan penuh semangat. Semuanya terasa akan berjalan dengan baik. Optimisme begitu terasa. Harum semerbak Bunga itu begitu dekat terasa di hidung dan sinar Matahari terasa hangat menyentuh kulit.

Saat Bunga lebih memilih tunduk pada-Nya, 
tak mudah awalnya bagi Matahari untuk menerima dan menjalaninya. Pun demikian bagi si Bunga itu sendiri. Tapi sekali lagi Bunga itu hanya berusaha tunduk pada-Nya. Hanya bermodal keyakinan yang kuat yang dapat membuat Bunga bertahan. Matahari sendiri coba tuk tetap bertahan walau tak mudah.

Saat Matahari harus tunduk pada keadaan,
dia tak mengabari Bunga dengan jelas. Dia coba tuk tegar dan tetap menjalani hari-harinya dengan biasa. Fokusnya hanya satu, ingin segera meraih semua mimpi dan cita-citanya. Dia sempat tersentak hingga membuatnya terhempas dengan kuat. Saat dia sedang semangat mencapai puncak, desakan untuk kembali turun dengan segera begitu hebat, hingga rasanya ingin berteriak sekencang-kencangnya. Mengapa??? Kata tanya yang paling menyebalkan itu sempat membelanggunya sekian lama. Begitu hebat dia turun tergelincir bak meluncur dari jet coaster. Sadar sesadar-sadarnya, belenggu itu harus segera diurai. Pemulihan jatuh dari tempat yang tinggi memang sungguh memakan waktu. Menguji kesabaran dan keuletan. Jatuh bangun saat bangkit pun sudah menjadi makanan sehari-hari.

Saat Bunga menjemput Matahari mengajak berjuang bersama menuju surga-Nya, 
Matahari masih dalam masa pemulihan. "Belum siap", katanya. Dia sendiri tak tahu kapan dia siap, tambahnya. Dia hanya ingin segera pulih seperti sedia kala.

Saat Bunga ingin mengulurkan tangannya,
      "Teruskanlah perjalananmu". 

      Bunga tertegun, tak ingin beranjak.


*080211

7-aoi

0 komentar:

Posting Komentar