Kamis, 16 Juni 2011

Sarjana Gadungan


Masih dari Pasar Seni ITB yang ke-10, kali ini kita akan membahas foto yang satu ini. Foto apa itu? Ini adalah salah satu foto adegan dalam happening art. Salah satu adegan ini memang sangat jelas menyindir praktek jual beli ijazah di kalangan akademisi. Jelas terbaca kan tulisan yang dibawa keliling-keliling itu? ^_^

Membacanya jadi teringat kasus praktek jual beli ijazah yang terjadi beberapa tahun lalu di salah satu PTS di Surabaya. Surat kabar lokal memang sangat intens mengabarkan kasus ini saat itu. Aku hanya tersenyum miris. Apalagi aku baca hal ini banyak terjadi di daerah-daerah kecil terutama untuk meraih gelar akta IV. Mungkin karena itu juga program akta IV ini akhirnya ditutup dan diganti dengan pendidikan profesi. Ada yang bilang, hanya ganti casing saja, tentu hal ini berlaku bagi mereka yang memandangnya dengan pesimis. Entahlah, semoga saja tidak. Hanya, bayangkan saja jika memang terjadi. Profesi seorang pendidik yang tentunya memerlukan suatu keterampilan tersendiri dengan mudahnya dijual-belikan. Sedih memang. Apalagi yang dipertaruhkan adalah nasib anak-anak penerus bangsa.

Aku sendiri sempat tak percaya jika praktek itu terjadi di dekatku. Walaupun bukan jual-beli ijazah, tapi bisa dibilang mirip, yaitu jasa pembuatan karya tulis ilmiah, baik itu skripsi, tesis, hingga disertasi. Entah apa yang ada dipikiran mereka. Ya, saat itu aku tersentak ketika ibuku cerita sekaligus konfirmasi padaku memangnya ada ya jasa pembuatan skripsi dengan biaya jutaan, kok anaknya temen ibu katanya dibuatin skripsinya dengan membayar sekian juta. Tapi ya itu, setiap kali mau sidang katanya dia pingsan. Alhasil sampai sekarang belum lulus-lulus. Jelas aku bengong mendengarnya. Ibuku geleng-geleng kepala, mau di bawa ke mana negara kita kalau lulusan sarjananya pada kayak gitu. Begitulah kira-kira curhatnya ibuku.

Karena itu sobat, mungkin harganya tak jadi soal buat sebagian orang, tapi pertanggungjawaban moralnya itu yang berat. Jadi, berbangga hatilah buat kita yang walaupun lulus lama, terseok-seok saat mengerjakannya, tetapi hasil dari jerih payah kita sendiri. Walaupun mungkin kalau dilihat IPK kita di bawah para pelaku itu, tapi kita bermain jujur. Dan berbahagialah karena kita telah berhasil sabar untuk tetap berada di jalan yang benar. Aku sendiri angkat topi untuk para orang tua yang tetap sabar menanti anak-anaknya untuk dapat lulus dengan kaki sendiri. Tidak terayu untuk mengeluarkan uang yang tak perlu. Karena kesabaran menanti itulah yang memberikan pelajaran berharga bagi anak-anaknya. Sekali lagi, berbahagialah karena pencipta kita lebih melihat proses daripada hasil. Ok, sobat? Keep Fighting^^


*110611

aoi

0 komentar:

Posting Komentar