Minggu, 31 Maret 2013

Main 'Air': 'Basah Kuyup'


Kita sama-sama tahu bahwa main api itu panas dan akan terbakar hangus menjadi debu. Jadi jalan amannya kita tak usah main api sama sekali. Tapi kita tak memilih main api ataupun jalan aman. Kita coba padukan keduanya, yaitu main air. Karena kita tahu, main api akan hilang tak berbekas sedangkan main air 'hanya' akan basah.

Saat sebelum akan menceburkan diri ke dalam air. Kita sudah sama-sama sadar atas segala konsekuensi. Menimbangnya, dan akhirnya memikulnya. Selama main air, kita tak hanya mengapung, tapi terkadang berenang dan sesekali kita juga bahkan menyelam. Saat yang satu hampir tenggelam, yang lainnya menariknya untuk mengapung kembali. Begitu seterusnya selama ini.

Kita juga pilih-pilih tempat untuk menceburkan diri. Kita sengaja tidak menceburkan diri di laut tanpa batas ataupun danau yang cukup luas. Yang kita pilih hanyalah kolam renang biasa yang cukup luas. Daratan kita ya tepi kolam itu. Kita memilih karena ada alasan. Simpel. Hanya ingin, saat hampir tenggelam, lebih mudah dan lebih cepat pula meminta bantuan. Kita sama-sama tahu, jangkauan kita terbatas, dan waktu kita terbatas. Karena itulah, kolam renang yang telah dimodifikasi, pilihan yang pas untuk kita.

Mengapung, itu bermain aman buat kita. Berenang, saat kita bersenang-senang sedikit. Dan menyelam, saat kita membiarkan diri menikmati akan keindahan bawah kolam. Keindahan karang buatan di bawah sana. Walau tak seindah karang di laut yang sebenarnya, namun cukup indah. Basah kuyup, menikmati rasa air yang kadang asin kadang tawar, yang kadang dingin kadang hangat. Kita selalu saling menjaga untuk tidak tenggelam, terlena hingga tak bisa mengapung lagi.

Beberapa kali kita coba untuk menepi, ke daratan, ke tepi kolam. Tapi kita selalu tak pernah benar-benar untuk menepi. Keindahan karang di bawah sana sesekali masih mengusik rindu. Aku sadar, dan kamu juga sadar. Tapi terkadang kita sama-sama untuk sengaja tidak sadar. Sesekali.

Sekarang sudah semakin mencapai batasnya. Walau kita tak pernah menentukan batasnya. Kita hanya tahu ini di area terbatas dan memiliki waktu terbatas pula. Saat ini, kita memang benar-benar sudah harus menepi. Ke daratan kita masing-masing, ke tepi kolam. Aku ke Barat, kamu ke Timur. Benar-benar mentas. Walaupun rasanya berat untuk menepi, tapi itu hanya rasanya saja. Walaupun setengah terengah-engah dan sesekali hidung kemasukan air kolam, tapi kita memang harus benar-benar menepi saat ini.

Ini bukan mimpi. Ini nyata, tapi memang bagai mimpi indah. Kita tak pernah membuat asa selama bermain air karena kita tahu tak akan bisa menjemput asa itu. Selalu saja, hanya pernah berandai-andai akan asa. Sebuah asa versiku dan sebuah asa versimu. Tak persis sama memang, tapi juga tak berbeda nyata dan beririsan.

Bagi kita, bermain air, mengajarkan kita untuk semakin mahir cara menikmati karang. Karang buatan yang bisa kita simulasikan nanti di karang alami di lautan tak berbatas.

Saat di tepi daratan kita, di tepi kolam masing-masing, kita ingin saling tersenyum, mengacungkan dua jempol, dan melambaikan tangan.

aoi




0 komentar:

Posting Komentar