Sedang
ingin menuliskan topik ini saja.
Manakah
yang lebih seksi?
Seseorang
yang menguasai ilmu eksak,
Seseorang
yang menguasai ilmu pendidikan,
Seseorang
yang menguasai ilmu bahasa,
Seseorang
yang menguasai ilmu jiwa,
Seseorang
yang menguasai ilmu relationship,
dst.
dst.
dst.
dengan
Seseorang
yang menguasai ilmu komunikasi?
Sepertinya
seseorang yang menguasai ilmu-ilmu keren lainnya, akan agak tersendat jika
tidak menguasai ilmu komunikasi. Tentunya cara berkomunikasi dengan cara yang
baik, benar, dan tepat.
Contoh
soal,
Seseorang
yang jago di eksak, misal orang-orang teknik atau komputer, tentu akan
kesulitan mengomunikasikan ide atau pemikirannya kepada pelanggan yang notabene
manusia, jika minim pengetahuan tentang komunikasi. Bagaimana ia akan
menjelaskan idenya? Bagaimana ia menginterpretasi keinginan pelanggan?
Seseorang
yang ahli di bidang pendidikan, kalau kurang tahu cara mengomunikasikan
(mentransfer) ilmunya kepada orang lain, bagaimana pelajar itu akan mengerti
dengan mudah dan tidak salah interpretasi? Tak jarang kita mendengar, "Dia
memang pintar banget, tapi aku tidak mengerti setiap dia menerangkan,
sepertinya pintarnya untuk diri sendiri, kalau dengan yang ini, walaupun biasa
aja, tapi aku ngerti apa yang dia sampaikan."
Seseorang
yang master di bidang bahasa, tetap akan mengalami kendala kalau tidak
menguasai teknik komunikasi yang efektif walaupun sehari-harinya bergelut
dengan alatnya komunikasi, yaitu bahasa. Dalam ilmu bahasa sendiri, ada cabang
ilmu terapannya seperti sosiolinguistik, psikolinguistik, ataupun pragmatik.
Ibarat kata hanya tahu seluk beluk tentang alatnya, tapi minim pengetahuan
tentang cara menggunakannya dengan benar. Bisa jadi ada sindiran, "Kok
orang bahasa begitu?".
Seseorang
yang menguasai ilmu jiwa, tentu juga akan mengalami kendala ketika minim
pengetahuan bagaimana cara berkomunikasi yang efektif. Saat ada klien yang
konsultasi misalnya, bisa-bisa si klien tidak mengerti apa yang disarankan atau
malah salah terima pesan. Atau mungkin ada pertanyaan, "Katanya tahu
tentang ilmu jiwa, tapi kok gitu caranya?".
Seseorang
yang menguasai ilmu relationship juga
bisa dipastikan akan mengalami kendala jika tak menggabungkannya dengan ilmu
komunikasi yang oke. Bisa jadi ia tahu betul teori-terinya, tetapi saat
mengomunikasikannya, hmm…. Bisa-bisa ambigu atau malah salah paham.
Lalu
apa yang dimaksud dengan komunikasi yang baik,
benar, dan tepat itu sebelumnya? Baik di sini maksudnya adalah bahasa
yang digunakan adalah bahasa yang baik atau santun, tidak mencederai hati rekan
bicaranya. Lalu benar yang dimaksud di sini adalah bahasa yang digunakan jelas
(tidak ambigu) dan mengandung nilai kebenaran. Lalu tepat yang dimaksud di sini
adalah bahasanya tepat guna, sesuai sasaran. Sesuai dengan status sosial atau
usia rekan bicaranya, sesuai dengan situasi dan kondisi saat berlangsungnya
komunikasi, dan jeli melihat berbagai tanda di luar ucapan yang terucap.
Lalu,
apakah dalam hal 'berkomunikasi', berbicara adalah hal yang penting? Penting
iya, tapi bukan yang terpenting, karena yang lebih penting adalah mendengarkan
dengan aktif. Berbicara memang
menyenangkan, tetapi mendengarkan dengan aktif lebih menghebatkan. Bukankah
secara alamiah, kita telah diberi petunjuk dengan "dua telinga, satu
mulut"? Hal ini berarti suatu pertanda bahwa kita dianjurkan untuk lebih
banyak mendengarkan (dengan aktif) daripada berbicara. Berbicara, banyak orang
yang sudah menjadi ahlinya, tetapi mendengarkan, baru segelintir orang.
Kalau
begitu, berarti orang yang ahli di bidang komunikasi apakah 'seksi'? Hmm…
'Seksi'. Dan akan 'lebih seksi' lagi kalau diimbangi dengan ilmu-ilmu keren
lainnya yang mendukung. Pasti akan lebih Wow! Intinya, tidak ada ilmu yang bisa
berdiri independent dengan sempurna
tanpa ditunjang dengan kehadiran ilmu-ilmu lainnya.
Di
mana-mana, lagi-lagi komunikasi yang buruk sering menjadi kerikil.
Hanya
mengeluarkan sejenis ide ataupun uneg-uneg. ^^
aoi
0 komentar:
Posting Komentar