Kamis, 09 Agustus 2012

Lagi-lagi, Ia Bernama Komunikasi


Sedang ingin menuliskan topik ini saja.

Manakah yang lebih seksi?
Seseorang yang menguasai ilmu eksak,
Seseorang yang menguasai ilmu pendidikan,
Seseorang yang menguasai ilmu bahasa,
Seseorang yang menguasai ilmu jiwa,
Seseorang yang menguasai ilmu relationship,
dst.
dst.
dst.
dengan
Seseorang yang menguasai ilmu komunikasi?

Sepertinya seseorang yang menguasai ilmu-ilmu keren lainnya, akan agak tersendat jika tidak menguasai ilmu komunikasi. Tentunya cara berkomunikasi dengan cara yang baik, benar, dan tepat.

Contoh soal,
Seseorang yang jago di eksak, misal orang-orang teknik atau komputer, tentu akan kesulitan mengomunikasikan ide atau pemikirannya kepada pelanggan yang notabene manusia, jika minim pengetahuan tentang komunikasi. Bagaimana ia akan menjelaskan idenya? Bagaimana ia menginterpretasi keinginan pelanggan?

Seseorang yang ahli di bidang pendidikan, kalau kurang tahu cara mengomunikasikan (mentransfer) ilmunya kepada orang lain, bagaimana pelajar itu akan mengerti dengan mudah dan tidak salah interpretasi? Tak jarang kita mendengar, "Dia memang pintar banget, tapi aku tidak mengerti setiap dia menerangkan, sepertinya pintarnya untuk diri sendiri, kalau dengan yang ini, walaupun biasa aja, tapi aku ngerti apa yang dia sampaikan."

Seseorang yang master di bidang bahasa, tetap akan mengalami kendala kalau tidak menguasai teknik komunikasi yang efektif walaupun sehari-harinya bergelut dengan alatnya komunikasi, yaitu bahasa. Dalam ilmu bahasa sendiri, ada cabang ilmu terapannya seperti sosiolinguistik, psikolinguistik, ataupun pragmatik. Ibarat kata hanya tahu seluk beluk tentang alatnya, tapi minim pengetahuan tentang cara menggunakannya dengan benar. Bisa jadi ada sindiran, "Kok orang bahasa begitu?".

Seseorang yang menguasai ilmu jiwa, tentu juga akan mengalami kendala ketika minim pengetahuan bagaimana cara berkomunikasi yang efektif. Saat ada klien yang konsultasi misalnya, bisa-bisa si klien tidak mengerti apa yang disarankan atau malah salah terima pesan. Atau mungkin ada pertanyaan, "Katanya tahu tentang ilmu jiwa, tapi kok gitu caranya?".

Seseorang yang menguasai ilmu relationship juga bisa dipastikan akan mengalami kendala jika tak menggabungkannya dengan ilmu komunikasi yang oke. Bisa jadi ia tahu betul teori-terinya, tetapi saat mengomunikasikannya, hmm…. Bisa-bisa ambigu atau malah salah paham.

Lalu apa yang dimaksud dengan komunikasi yang baik, benar, dan tepat itu sebelumnya? Baik di sini maksudnya adalah bahasa yang digunakan adalah bahasa yang baik atau santun, tidak mencederai hati rekan bicaranya. Lalu benar yang dimaksud di sini adalah bahasa yang digunakan jelas (tidak ambigu) dan mengandung nilai kebenaran. Lalu tepat yang dimaksud di sini adalah bahasanya tepat guna, sesuai sasaran. Sesuai dengan status sosial atau usia rekan bicaranya, sesuai dengan situasi dan kondisi saat berlangsungnya komunikasi, dan jeli melihat berbagai tanda di luar ucapan yang terucap.

Lalu, apakah dalam hal 'berkomunikasi', berbicara adalah hal yang penting? Penting iya, tapi bukan yang terpenting, karena yang lebih penting adalah mendengarkan dengan aktif.  Berbicara memang menyenangkan, tetapi mendengarkan dengan aktif lebih menghebatkan. Bukankah secara alamiah, kita telah diberi petunjuk dengan "dua telinga, satu mulut"? Hal ini berarti suatu pertanda bahwa kita dianjurkan untuk lebih banyak mendengarkan (dengan aktif) daripada berbicara. Berbicara, banyak orang yang sudah menjadi ahlinya, tetapi mendengarkan, baru segelintir orang.

Kalau begitu, berarti orang yang ahli di bidang komunikasi apakah 'seksi'? Hmm… 'Seksi'. Dan akan 'lebih seksi' lagi kalau diimbangi dengan ilmu-ilmu keren lainnya yang mendukung. Pasti akan lebih Wow! Intinya, tidak ada ilmu yang bisa berdiri independent dengan sempurna tanpa ditunjang dengan kehadiran ilmu-ilmu lainnya.

Di mana-mana, lagi-lagi komunikasi yang buruk sering menjadi kerikil.

Hanya mengeluarkan sejenis ide ataupun uneg-uneg. ^^

aoi

0 komentar:

Posting Komentar